Yanti menggeliat. Di luar matahari masih malu-malu bersinar. Dia melirik
jam dinding di depan ranjangnya, masih jam 6:15. Yanti menerawang sejenak. Dia ada
di balik selimut, telanjang tanpa sehelai benangpun. Pikirannya melayang ke
malam tadi, malam saat dia dan Adi menuntaskan nafsu birahi mereka. Sampai 3
ronde. Adi keluar 3 kali dan Yanti 5 kali. Benar-benar malam yang melelahkan.
Yanti menguap dan turun dari ranjang. Diraihnya daster yang tergeletak
di lantai dan kemudian dipakai sekenanya. Masih sempat menyisir rambutnya di
depan kaca sebelum berjalan keluar dari kamar.
“ Pagi bu,” Sapa Rini begitu melihat Yanti berjalan masuk ke dapur.
Yanti membalas dengan senyuman. Rini sedang membersihkan dapur, di
tangannya ada sapu dan kemoceng. Yanti mengambil segelas air dan meneguknya
hingga tandas.
Pagi itu kemudian berjalan seperti biasa. Yanti mulai menyiapkan sarapan
buat dirinya, Rini membersihkan rumah dan dari belakang rumah terdengar
kesibukan anak-anak kost. Yanti sempat mengintip ke belakang, berharap bisa
menemukan wajah Adi. Tapi dia tidak menemukannya sampai kamar kost terdengar
sepi. Yanti sendiri tenggelam dalam kesibukannya.
Pagi itu dia terus bertukar pesan di HP dengan Adi. Pesan-pesan nakal
yang membuat gairahnya tak mau pergi.
Yanti berdiri menuju dapur, Adi sedang kuliah sehingga tidak bisa
membalas pesannya lagi. Di dapur dia sempat melempar pandangan ke arah kostan
di bagian belakang, ternyata masih ada satu pintu yang terbuka. Pintu kostan
yang ditempati Jaya. Sebuah pikiran langsung melintas di kepala Yanti. Gairahnya
masih menggebu-gebu, belum tuntas sepenuhnya. Dia terusik, mau mencoba apa dia
bisa menikmati anak kostnya yang lain.
Yanti segera menuju ke area kost-kostan, menuju ke kamar Jaya. Tak lama
dia sudah berdiri di depan pintu kamar Jaya. Dilihatnya lelaki itu berdiri
membelakanginya dengan kaos oblong dan celana pendek. Jaya sedang membersihkan
kamarnya.
Yanti menatap lelaki muda itu dengan pandangan yang seperti
menelanjangi. Tubuh Jaya tidak bisa dibilang bagus meski juga tidak jelek. Yang
jelas dia masih sangat muda, tahun ini baru masuk kuliah. Tanpa sadar Yanti
tersenyum menyeringai, seperti seekor singa betina yang mengincar mangsanya.
“ Ehem, lagi ngapain Jaya?”
Jaya melonjak sedikit kaget, dia berbalik dan dengan sedikit kikuk dia
menjawab, “ Oh ibu, ini bu lagi bersih-bersih kamar”
Yanti bergerak masuk ke dalam kamar Jaya, laki-laki itu makin kikuk. Dia
memberi jalan ke Yanti yang sekarang duduk di atas ranjang.
“ Kamu tidak kuliah?”
“ Hari ini kuliah siang bu, makanya saya bersih-bersih dulu” Jaya
menjawab dengan menunduk, dari tampangnya kelihatan kalau dia memang anak yang
kuper dan pemalu.
Yanti tersenyum, imajinasi liarnya bekerja dengan cepat. Selama ini dia
lebih sering menjalin asmara dengan lelaki muda yang punya pengalaman. Mungkin inilah
saatnya dia bisa menikmati lelaki muda yang benar-benar murni, belum punya
pengalaman.
“ Kuliahmu bagaimana?” Tanya Yanti mencoba mencairkan suasana. Jaya menjawab,
dan kemudian Yanti bisa merasakan suasana semakin cair. Jaya duduk di kursi di
depan ranjang, tepat di belakang meja belajar. Mereka kemudian mulai bertukar
cerita, terkesan formil tapi mulai santai.
Tidak lama karena kemudian Yanti memutuskan untuk cepat bergerak. Waktu makin
sempit, sebentar lagi Jaya mungkin harus berangkat ke kampus. Yanti berdiri
tepat di depan Jaya, menatapnya dengan tatapan nakal meski dia tidak yakin Jaya
mengerti maksud tatapannya. Yanti tidak peduli karena kemudian dengan cepat dia
membungkuk dan menjatuhkan ciuman ke bibir Jaya.
Jaya gelagapan. Awalnya mencoba menghindar, tapi tangan Yanti menekan
kepalanya.
“ Hmpff…..” Suara tertahan keluar dari bibir Jaya. Dia sepertinya
mencoba mengatakan sesuatu, tapi bibir Yanti tidak memberinya kesempatan.
Tak lama Jaya kemudian takluk. Tidak ada lagi penolakan, malah dia
berusaha mengimbangi ciuman Yanti meski masih sangat kaku. Dalam hati Yanti
bersorak senang. Tangannya mengelus-elus kepala Jaya. Jaya sendiri, dasar tidak
pengalaman masih membiarkan tangannya bebas tanpa menyentuh tubuh Yanti.
Makin lama ciuman Yanti makin panas, ditariknya tangan Jaya ke arah
dadanya. Naluri Jaya berbicara, tangannya meremas payudara Yanti, keras dan
sedikit menyakitkan. Tapi herannya Yanti malah makin terangsang. Sekarang dia
malah duduk di pangkuan Jaya sambil tetap bertumpu pada kedua kakinya.
“ Hmmpp…acchhh….” Ciuman mereka makin hangat dan membara, Jaya juga
semakin liar meremas dada Yanti. Kedua tangannya sekarang berada di dada Yanti,
meremas dan menyentuh putignya dari luar.
Tiba-tiba Yanti menghentikan ciumannya. Dia berdiri di depan Jaya dan
menarik dasternya ke atas. Jaya terbelalak melihat tubuh atas Yanti yang
sekarang tidak berbalut kain satupun. Hanya celana dalam yang masih tersisa. Dadanya
menantang dengan jelas di depan matanya. Yanti menarik tangan Jaya ke arah
dadanya, meminta lelaki itu meremasnya. Jaya menurut saja, sekarang remasannya
makin nikmat. Tidak terlalu keras lagi seperti sebelumnya.
“ Ahhh…sayanggg, enakhh…terus sayangg” Yanti meracau dan mendesah. Rasa nikmat
mulai menjalari syarafnya.
Dia mendorong tubuhnya ke depan, payudaranya sekarang berada tepat di
depan wajah Jaya. Dengan penuh semangat Jaya mulai mempermainkan puting Yanti
dengan mulutnya. Dia menghisap puting merah muda itu, sementara tangannya terus
mempermainkan payudara yang sebelah.
“ Acch…terus sayanggghh..isapp, pake lidah “ Yanti mendesah dan terus
menuntun Jaya. Bagian bawah tubuhnya makin basah. Yanti menggelinjang sambil
berdiri. Dia makin larut dalam kenikmatan. Jayapun demikian, tidak ada lagi
rasa canggung seperti tadi, perlahan dia mulai makin pandai memainkan puting
Yanti.
Yanti kemudian melepaskan pelukan Jaya. Dia berlutut tepat di depan
selangkangan Jaya. Jaya menelan ludah, wajahnya merah padam. Jelas sekali dia
juga sudah dikuasai nafsu.
“ Buka celananya sayang ya, “ Kata Yanti. Jaya cuma mengangguk dan
membiarkan saja ketika Yanti menarik celana pendeknya. Tak lama kemudian
kontolnya terpampang jelas. Jaya sempat berusaha menutupinya, tapi Yanti
menepis tangannya.
Kontol Jaya tidak besar tapi juga tidak kecil. Standarlah, kira-kira 12
cm. Yanti masih berlutut di depan Jaya, dia melirik nakal ke arah Jaya yang
mulai ngos-ngosan. Dengan halus dia membelai kontol Jaya, pelan dan penuh
perasaan. Jaya mendesis, syarafnya tegang oleh rasa nikmat yang membara.
“ Ohhh…arrghhh..” Jaya seperti menegang ketika perlahan Yanti mulai
menjilati kepala kontolnya. Dia makin tidak karuan ketika Yanti mulai menghisap
kontolnya. Pelan dan penuh perasaan. Tidak sadar Jaya malah menjambak rambut
Yanti. Diperlakukan seperti itu Yanti malah makin bersemangat. Dengan liar dia
mempercepat isapannya, divariasikan dengan jilatan dan kocokan di batang kontol
Jaya.
“ Aachh…ibbbuu..akkuuhh….” Jaya mengejang, tubuhnya tegang. Yanti tahu
dia sebentar lagi akan keluar. Awalnya Jaya seakan menarik wajah Yanti menjauh,
tapi Yanti menolak. Dia tetap mempertahankan kontol Jaya di dalam mulutnya. Akhirnya
Jaya menyerah dan dengan satu hentakan dia menggeram.
Crooott! Crott! Kontolnya menyemburkan sperma kental di dalam mulut
Yanti. Begitu banyak hingga Yanti nyaris tersedak. Cairan Jaya memenuhi rongga
mulut Yanti. Dengan telaten Yanti menelan semuanya, kemudian membersihkan
kontol Jaya hingga benar-benar bersih. Jaya sesekali bergidik.
Ketika semua sudah selesai Yanti tersenyum, dia berdiri dan menarik Jaya
ke arah ranjang. Jaya menurut, persis seperti seekor kerbau dicucuk hidungnya.
Yanti melepas celana dalamnya dan merubuhkan tubuhnya ke atas ranjang. Kedua
kakinya dilipat mengangkang, membuat vaginanya terpampang jelas. Jaya sekali
lagi menelan ludah. Mungkin ini adalah vagina wanita pertama yang dilihatnya
secara langsung.
“ Ayo sayang, jilatin memekku “ Yanti memberi aba-aba. Dengan canggung
Jaya berlutut dan mendekatkan kepalanya ke vagina Yanti. Aroma vagina wanita
yang semerbak dengan cepat membuatnya terangsang. Perlahan Jaya mendekatkan
kepalanya ke vagina Yanti.
Awalnya dengan ragu dia menciumi vagina yang sudah
basah itu, tapi geliat dan desahan Yanti yang penuh nafsu membuatnya makin
menggila. Perlahan dia mulai memainkan lidahnya dan kadang menggigit kecil vagina
merah muda itu.
“ aahh…oohh..yesss…colok sayangg, colokk… “ Yanti terus menggeliat dan
mendesah, dia makin tidak tahan. Jaya memasukkan jari tengahnya ke lubang
vagina Yanti. Awalnya pelan, makin lama makin kencang. Yanti terus
menggelinjang dan mendesah nikmat.
Jaya mulai bernafsu kembali, kontolnya pelan-pelan mulai membesar. Ketika
dia makin tidak tahan, segera dia berdiri. Yanti melirik sejenak, kontol Jaya
sudah tegak siap untuk dicolok ke dalam vaginanya.
“ Ah, sayang…masukin sayang…”
Jaya mengatur posisi, kontolnya berada tepat di gerbang vagina Yanti. Pelan-pelan
dia mulai mendorong pantatnya, membuat kontolnya tenggelam sedikit demi sedikit
ke dalam vagina Yanti.
“ Ahhhh…yessss..terusss..yang dalammhh “
Jaya makin bersemangat. Dia memompa dengan keras sambil menjatuhkan
ciuman di bibir, leher dan dada Yanti. Yanti juga makin menggila, dia
menggerakkan pantatnya mengimbangi ayunan pantat Jaya. Berdua mereka bekerja
sama menuju puncak kenikmatan.
Plok! Plok! Suara kontol Jaya yang beradu dengan vagina Yanti
benar-benar membuat mereka berdua mabuk kepayang. Belum lagi desahan dan erangan
yang membuat pagi di kamar kost itu makin terasa hangat membara.
Hingga akhirnya…
“ Acccchhhhh…sayaaanggghhhh…” Yanti mengejang..
“ Ibbuuu…acckkhhh…” Jaya juga mengejang.
Mereka berdua bersama-sama menggapai puncak kenikmatan. Tubuh mereka
menegang beberapa detik. Tumpahan sperma di dalam vagina Yanti terasa hangat,
membasahi semua relung vagina yang sudah basah oleh cairannya sendiri. Jaya jatuh
ke pelukan Yanti, tubuhnya lemas seperti habis bekerja keras. Yanti memeluk
tubuh anak muda itu dan mencium keningnya.
Jaya tidak tahu kalau Yanti tersenyum penuh kemenangan. Sebuah pengalaman
baru, bercinta dengan anak muda yang sama sekali belum punya pengalaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar