Selasa, 02 Oktober 2012

Kisah Ibu Kost [3]


Yanti menggeliat. Di luar matahari masih malu-malu bersinar. Dia melirik jam dinding di depan ranjangnya, masih jam 6:15. Yanti menerawang sejenak. Dia ada di balik selimut, telanjang tanpa sehelai benangpun. Pikirannya melayang ke malam tadi, malam saat dia dan Adi menuntaskan nafsu birahi mereka. Sampai 3 ronde. Adi keluar 3 kali dan Yanti 5 kali. Benar-benar malam yang melelahkan.

Yanti menguap dan turun dari ranjang. Diraihnya daster yang tergeletak di lantai dan kemudian dipakai sekenanya. Masih sempat menyisir rambutnya di depan kaca sebelum berjalan keluar dari kamar.


Di dapur sudah ada Rini, wanita muda yang datang membantunya membereskan rumah setiap pagi.

“ Pagi bu,” Sapa Rini begitu melihat Yanti berjalan masuk ke dapur.

Yanti membalas dengan senyuman. Rini sedang membersihkan dapur, di tangannya ada sapu dan kemoceng. Yanti mengambil segelas air dan meneguknya hingga tandas.
Pagi itu kemudian berjalan seperti biasa. Yanti mulai menyiapkan sarapan buat dirinya, Rini membersihkan rumah dan dari belakang rumah terdengar kesibukan anak-anak kost. Yanti sempat mengintip ke belakang, berharap bisa menemukan wajah Adi. Tapi dia tidak menemukannya sampai kamar kost terdengar sepi. Yanti sendiri tenggelam dalam kesibukannya.

Jam 9 Rini pamit. Kerjaannya sudah selesai semua. Tinggallah Yanti sendirian di rumah. Seperti biasa dia akan tenggelam di depan televisi sampai siang sebelum nanti masuk ke kamar hingga sore. Tapi pikiran Yanti tidak bisa fokus. Bayangan-bayangan percintaan yang membara kemarin siang dan semalam terus terbayang di kepalanya.
Pagi itu dia terus bertukar pesan di HP dengan Adi. Pesan-pesan nakal yang membuat gairahnya tak mau pergi.

Yanti berdiri menuju dapur, Adi sedang kuliah sehingga tidak bisa membalas pesannya lagi. Di dapur dia sempat melempar pandangan ke arah kostan di bagian belakang, ternyata masih ada satu pintu yang terbuka. Pintu kostan yang ditempati Jaya. Sebuah pikiran langsung melintas di kepala Yanti. Gairahnya masih menggebu-gebu, belum tuntas sepenuhnya. Dia terusik, mau mencoba apa dia bisa menikmati anak kostnya yang lain.
Yanti segera menuju ke area kost-kostan, menuju ke kamar Jaya. Tak lama dia sudah berdiri di depan pintu kamar Jaya. Dilihatnya lelaki itu berdiri membelakanginya dengan kaos oblong dan celana pendek. Jaya sedang membersihkan kamarnya.

Yanti menatap lelaki muda itu dengan pandangan yang seperti menelanjangi. Tubuh Jaya tidak bisa dibilang bagus meski juga tidak jelek. Yang jelas dia masih sangat muda, tahun ini baru masuk kuliah. Tanpa sadar Yanti tersenyum menyeringai, seperti seekor singa betina yang mengincar mangsanya.

“ Ehem, lagi ngapain Jaya?”

Jaya melonjak sedikit kaget, dia berbalik dan dengan sedikit kikuk dia menjawab, “ Oh ibu, ini bu lagi bersih-bersih kamar”

Yanti bergerak masuk ke dalam kamar Jaya, laki-laki itu makin kikuk. Dia memberi jalan ke Yanti yang sekarang duduk di atas ranjang.

“ Kamu tidak kuliah?”

“ Hari ini kuliah siang bu, makanya saya bersih-bersih dulu” Jaya menjawab dengan menunduk, dari tampangnya kelihatan kalau dia memang anak yang kuper dan pemalu.

Yanti tersenyum, imajinasi liarnya bekerja dengan cepat. Selama ini dia lebih sering menjalin asmara dengan lelaki muda yang punya pengalaman. Mungkin inilah saatnya dia bisa menikmati lelaki muda yang benar-benar murni, belum punya pengalaman.

“ Kuliahmu bagaimana?” Tanya Yanti mencoba mencairkan suasana. Jaya menjawab, dan kemudian Yanti bisa merasakan suasana semakin cair. Jaya duduk di kursi di depan ranjang, tepat di belakang meja belajar. Mereka kemudian mulai bertukar cerita, terkesan formil tapi mulai santai.

Tidak lama karena kemudian Yanti memutuskan untuk cepat bergerak. Waktu makin sempit, sebentar lagi Jaya mungkin harus berangkat ke kampus. Yanti berdiri tepat di depan Jaya, menatapnya dengan tatapan nakal meski dia tidak yakin Jaya mengerti maksud tatapannya. Yanti tidak peduli karena kemudian dengan cepat dia membungkuk dan menjatuhkan ciuman ke bibir Jaya.

Jaya gelagapan. Awalnya mencoba menghindar, tapi tangan Yanti menekan kepalanya.
“ Hmpff…..” Suara tertahan keluar dari bibir Jaya. Dia sepertinya mencoba mengatakan sesuatu, tapi bibir Yanti tidak memberinya kesempatan.

Tak lama Jaya kemudian takluk. Tidak ada lagi penolakan, malah dia berusaha mengimbangi ciuman Yanti meski masih sangat kaku. Dalam hati Yanti bersorak senang. Tangannya mengelus-elus kepala Jaya. Jaya sendiri, dasar tidak pengalaman masih membiarkan tangannya bebas tanpa menyentuh tubuh Yanti.

Makin lama ciuman Yanti makin panas, ditariknya tangan Jaya ke arah dadanya. Naluri Jaya berbicara, tangannya meremas payudara Yanti, keras dan sedikit menyakitkan. Tapi herannya Yanti malah makin terangsang. Sekarang dia malah duduk di pangkuan Jaya sambil tetap bertumpu pada kedua kakinya.

“ Hmmpp…acchhh….” Ciuman mereka makin hangat dan membara, Jaya juga semakin liar meremas dada Yanti. Kedua tangannya sekarang berada di dada Yanti, meremas dan menyentuh putignya dari luar.

Tiba-tiba Yanti menghentikan ciumannya. Dia berdiri di depan Jaya dan menarik dasternya ke atas. Jaya terbelalak melihat tubuh atas Yanti yang sekarang tidak berbalut kain satupun. Hanya celana dalam yang masih tersisa. Dadanya menantang dengan jelas di depan matanya. Yanti menarik tangan Jaya ke arah dadanya, meminta lelaki itu meremasnya. Jaya menurut saja, sekarang remasannya makin nikmat. Tidak terlalu keras lagi seperti sebelumnya.

“ Ahhh…sayanggg, enakhh…terus sayangg” Yanti meracau dan mendesah. Rasa nikmat mulai menjalari syarafnya.

Dia mendorong tubuhnya ke depan, payudaranya sekarang berada tepat di depan wajah Jaya. Dengan penuh semangat Jaya mulai mempermainkan puting Yanti dengan mulutnya. Dia menghisap puting merah muda itu, sementara tangannya terus mempermainkan payudara yang sebelah.

“ Acch…terus sayanggghh..isapp, pake lidah “ Yanti mendesah dan terus menuntun Jaya. Bagian bawah tubuhnya makin basah. Yanti menggelinjang sambil berdiri. Dia makin larut dalam kenikmatan. Jayapun demikian, tidak ada lagi rasa canggung seperti tadi, perlahan dia mulai makin pandai memainkan puting Yanti.

Yanti kemudian melepaskan pelukan Jaya. Dia berlutut tepat di depan selangkangan Jaya. Jaya menelan ludah, wajahnya merah padam. Jelas sekali dia juga sudah dikuasai nafsu.
“ Buka celananya sayang ya, “ Kata Yanti. Jaya cuma mengangguk dan membiarkan saja ketika Yanti menarik celana pendeknya. Tak lama kemudian kontolnya terpampang jelas. Jaya sempat berusaha menutupinya, tapi Yanti menepis tangannya.

Kontol Jaya tidak besar tapi juga tidak kecil. Standarlah, kira-kira 12 cm. Yanti masih berlutut di depan Jaya, dia melirik nakal ke arah Jaya yang mulai ngos-ngosan. Dengan halus dia membelai kontol Jaya, pelan dan penuh perasaan. Jaya mendesis, syarafnya tegang oleh rasa nikmat yang membara.

“ Ohhh…arrghhh..” Jaya seperti menegang ketika perlahan Yanti mulai menjilati kepala kontolnya. Dia makin tidak karuan ketika Yanti mulai menghisap kontolnya. Pelan dan penuh perasaan. Tidak sadar Jaya malah menjambak rambut Yanti. Diperlakukan seperti itu Yanti malah makin bersemangat. Dengan liar dia mempercepat isapannya, divariasikan dengan jilatan dan kocokan di batang kontol Jaya.

“ Aachh…ibbbuu..akkuuhh….” Jaya mengejang, tubuhnya tegang. Yanti tahu dia sebentar lagi akan keluar. Awalnya Jaya seakan menarik wajah Yanti menjauh, tapi Yanti menolak. Dia tetap mempertahankan kontol Jaya di dalam mulutnya. Akhirnya Jaya menyerah dan dengan satu hentakan dia menggeram.

Crooott! Crott! Kontolnya menyemburkan sperma kental di dalam mulut Yanti. Begitu banyak hingga Yanti nyaris tersedak. Cairan Jaya memenuhi rongga mulut Yanti. Dengan telaten Yanti menelan semuanya, kemudian membersihkan kontol Jaya hingga benar-benar bersih. Jaya sesekali bergidik.

Ketika semua sudah selesai Yanti tersenyum, dia berdiri dan menarik Jaya ke arah ranjang. Jaya menurut, persis seperti seekor kerbau dicucuk hidungnya.

Yanti melepas celana dalamnya dan merubuhkan tubuhnya ke atas ranjang. Kedua kakinya dilipat mengangkang, membuat vaginanya terpampang jelas. Jaya sekali lagi menelan ludah. Mungkin ini adalah vagina wanita pertama yang dilihatnya secara langsung.

“ Ayo sayang, jilatin memekku “ Yanti memberi aba-aba. Dengan canggung Jaya berlutut dan mendekatkan kepalanya ke vagina Yanti. Aroma vagina wanita yang semerbak dengan cepat membuatnya terangsang. Perlahan Jaya mendekatkan kepalanya ke vagina Yanti. 
Awalnya dengan ragu dia menciumi vagina yang sudah basah itu, tapi geliat dan desahan Yanti yang penuh nafsu membuatnya makin menggila. Perlahan dia mulai memainkan lidahnya dan kadang menggigit kecil vagina merah muda itu.

“ aahh…oohh..yesss…colok sayangg, colokk… “ Yanti terus menggeliat dan mendesah, dia makin tidak tahan. Jaya memasukkan jari tengahnya ke lubang vagina Yanti. Awalnya pelan, makin lama makin kencang. Yanti terus menggelinjang dan mendesah nikmat.

Jaya mulai bernafsu kembali, kontolnya pelan-pelan mulai membesar. Ketika dia makin tidak tahan, segera dia berdiri. Yanti melirik sejenak, kontol Jaya sudah tegak siap untuk dicolok ke dalam vaginanya.

“ Ah, sayang…masukin sayang…”

Jaya mengatur posisi, kontolnya berada tepat di gerbang vagina Yanti. Pelan-pelan dia mulai mendorong pantatnya, membuat kontolnya tenggelam sedikit demi sedikit ke dalam vagina Yanti.

“ Ahhhh…yessss..terusss..yang dalammhh “

Jaya makin bersemangat. Dia memompa dengan keras sambil menjatuhkan ciuman di bibir, leher dan dada Yanti. Yanti juga makin menggila, dia menggerakkan pantatnya mengimbangi ayunan pantat Jaya. Berdua mereka bekerja sama menuju puncak kenikmatan.

Plok! Plok! Suara kontol Jaya yang beradu dengan vagina Yanti benar-benar membuat mereka berdua mabuk kepayang. Belum lagi desahan dan erangan yang membuat pagi di kamar kost itu makin terasa hangat membara.
Hingga akhirnya…

“ Acccchhhhh…sayaaanggghhhh…” Yanti mengejang..

“ Ibbuuu…acckkhhh…” Jaya juga mengejang.

Mereka berdua bersama-sama menggapai puncak kenikmatan. Tubuh mereka menegang beberapa detik. Tumpahan sperma di dalam vagina Yanti terasa hangat, membasahi semua relung vagina yang sudah basah oleh cairannya sendiri. Jaya jatuh ke pelukan Yanti, tubuhnya lemas seperti habis bekerja keras. Yanti memeluk tubuh anak muda itu dan mencium keningnya.

Jaya tidak tahu kalau Yanti tersenyum penuh kemenangan. Sebuah pengalaman baru, bercinta dengan anak muda yang sama sekali belum punya pengalaman.

[BB]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar