Yanti menggeliat, matanya mengejap mencoba membiasakan diri dengan
cahaya kamar yang temaram. Dia meraih HP di meja samping tempat tidur. Jam 17:30,
berarti dia sudah tertidur sekitar 3 jam.
Yanti baru sadar kalau dia tidur tanpa sehelai pakaianpun. Dia meraba
bagian bawah tubuhnya, vaginanya kering. Dengan cepat adegan-adegan percintaan
beberapa jam lalu bersama Adi kembali melesat dalam ingatannya. Selepas bercinta
mereka masih sempat berpelukan sebelum Adi keluar kamar, takut teman-teman
kostnya datang.
Yanti tersenyum membayangkan kenikmatan yang baru saja dia reguk bersama anak kostnya itu. Sungguh luar biasa. Kenikmatan yang sudah lama tidak pernah dia reguk akhirnya bisa kembali dia rasakan. Yanti jadi berpikir, ke mana saja dirinya selama ini? Kenapa dia tidak pernah memanfaatkan anak-anak kostnya untuk urusan itu?
Yanti mencoba mengingat-ingat wajah anak-anak muda yang kost di
tempatnya. Selain Adi ada Firman, Anto, Bobby dan Jaya. Yanti tidak pernah
memperhatikan dengan serius tampang-tampang mereka, tadi saja dia baru sadar
kalau Adi ternyata atletis dan tampan. Yanti mencoba mengingat lagi. Setahunya Firman
biasa saja, agak gemuk dan pendek. Yanto juga tidak istimewa, bahkan cenderung
agak kampungan. Bobby berkulit legam dengan rambut keriting, khas orang dari
Timur Indonesia. Jaya? Ah Yanti agak lupa sama anak itu. Selain paling baru,
belum genap sebulan Jaya juga sepertinya kuper dan jarang keluar kamar.
“ accckhhh…ssshhh..ahhhh” Yanti mendesis, dia merasakan kenikmatan ketika
putingnya makin mengeras dan dia bisa menemukan g-spot dalam vaginanya.
Yanti terus menggelinjang dan mendesah keenakan. Menit berlalu, nafasnya
makin memburu, jantungnya berdegup kencang dan akhirnya dia menggelinjang
dengan suara tertahan.
“ acckhhhh!!” Yanti mengejang. Vaginanya becek oleh cairannya sendiri. Dia
baru saja mencapai puncak orgasme dengan bantuan jarinya sendiri. Yanti berhenti
sejenak menikmati deburan orgasme yang makin lama makin pelan. Nafasnya mulai
teratur, nafsunya mulai kembali seperti sediakala.
Yanti masih bermalas-malasan di ranjangnya untuk beberapa lama. Ketika di
luar dilihatnya malam sudah mulai turun baru dia beringsut ke kamar mandi. Membasuh
tubuh sekaligus membersihkan bekas-bekas sperma Adi yang benar-benar mengering.
Selesai mandi dia berpakaian. Selembar daster membugkus tubuhnya. Sengaja
dia tidak menggunakan BH hingga selintas putingnya tercetak di daster yang dia
kenakan. Yanti benar-benar sudah berubah. Dia jadi kuda binal yang lepas dari kandang,
dia dipenuhi beragam pikiran untuk menghisap sari kejantanan anak-anak muda
yang kost di tempatnya. Tapi Yanti tetap punya strategi. Dia tidak mau terlihat
murahan. Dia akan menggoda dengan caranya sendiri, dengan cara yang elegan.
Yanti berjalan ke luar kamar, melewati ruang makan, dapur dan terus ke
paviliun belakang tempat kamar-kamar kost berderet. Di bagian belakang ada
halaman yg cukup luas. Anak-anak kost biasanya berkumpul di sana ketika malam
tiba. Malam itu mereka juga ada di sana, bercengkerama di halaman. Yanti menghitung
dengan cepat, hanya ada 4 orang. Sepertinya Jaya tidak kelihatan.
“ Hai anak-anak, lagi ngapain?” Sapanya ketika sudah mendekat. Anak-anak
kost sudah tahu Yanti mendekat, mereka menghentikan gurauan mereka menanti sang
ibu kost mendekat.
“ Baik bu..” dengan sopan Firman menjawab. Yang lain hanya tersenyum,
dan tentu saja Adi yang punya senyum dengan arti yang berbeda. Yanti membalas
senyum Adi dengan senyum penuh arti juga.
“ Lho, koq cuma 4? Jaya mana?” Tanya Yanti
“ Biasa bu, kutu buku itu ngendon di kamar.” Anto yang menjawab. Yang lain
tertawa renyah. Yanti juga ikut tertawa.
Yanti kemudian mengambil tempat duduk di samping Anto. Di atas
balai-balai bambu yang memang sengaja ditaruh di sana tepat di bawah pohon
mangga. Selanjutnya dia terlibat perbincangan dengan anak-anak itu. Mulanya suasana
agak kikuk, maklum selama ini Yanti lebih sering menjaga jarak dengan mereka. Tapi
Yanti memang pandai mencairkan suasana, dengan cepat dia bisa terlibat
perbincangan yang santai dengan anak-anak kostnya.
Sepanjang perbincangan Yanti sesekali mencuri pandang ke arah Adi. Dia bisa
membaca arti yang berbeda dari pandangan dan senyum anak muda itu. Yanti bahkan
sadar Adi seakan menelanjanginya dengan tatapannya. Bukan cuma Adi sebenarnya. Yanti
juga mendapati Firman dan Bobby yang sesekali mencuri pandang ke dadanya yang
tidak tertutupi BH. Yanti hanya tidak bisa melihat reaksi Anto yang duduk tepat
di sampingnya. Tapi dia menduga Anto juga mungkin mencuri pandang. Pelan-pelan
Yanti merasakan darahnya berdesir.
Yanti menikmati pandangan liar anak-anak muda itu. Perlahan Yanti
membayangkan dirinya berada di kerumunan anak-anak muda itu yang sedang
bertelanjang bulat siap menghujamkan kontol mereka ke vagina Yanti. Yanti bahkan
berusaha menebak-nebak ukuran kontol anak-anak muda yang ada di depannya. Kecuali
Adi tentu saja. Yanti kadang kehilangan fokus, tubuhnya ada di situ tapi
pikirannya ke mana-mana.
Sayangnya pembicaraan itu tidak berlangsung lama. Firman harus menerima
telepon entah dari siapa. Anto juga tiba-tiba berdiri pamit untuk ke kamarnya. Entah
kenapa Bobby juga pamit. Tinggallah Yanti dan Adi berhadap-hadapan. Yanti cepat
membaca situasi, tak elok rasanya dia berlama-lama di sana hanya berdua saja.
Dengan pelan dia membisikkan sesuatu ke Adi, “ nanti kamu ke kamarku ya.
Telpon dulu kalau mau masuk”
Adi mengangguk dengan wajah sumringah. Yantipun pamit, kembali ke rumah
utama.
Yanti langsung ke kamar. Biasanya dia masih betah di depan TV sampai
malam makin larut, tapi kali ini dia sudah tidak sabar. Di kamar dia melepas
celana dalamnya dan membiarkan tubunya hanya dibalut daster tanpa dalaman. Dia naik
ke ranjang, seperti seorang pengantin yang menantikan pengantin prianya datang.
Dadanya berdebar, tak sabar rasanya menunggu apa yang bakal terjadi.
Tit! Tit! HPnya berbunyi. Yanti meraih HP di sampingnya. Ada pesan dari
Adi
“ Duh sayang, anak-anak masih ramai nih. Gimana dong?”
Yanti berpikir keras. Namanya anak muda, tentu saja tidurnya kadang
lama. Yanti kadang masih mendengar suara mereka bercakap-cakap meski sudah jam
2 lewat. Tiba-tiba sebuah ide datang di kepala Yanti. Dengan cepat dia membalas
pesan Adi.
“ Pura-pura aja keluar, terus masuk lewat pintu depan. Pintunya gak aku
kunci”
Send! Yanti menunggu balasannya dengan berdebar.
“ oke!” cuma itu balasan Adi tapi mampu membuat Yanti tersenyum.
Dengan cepat dia turun dari ranjang, keluar dari kamar dan membuka kunci
pintu depan. Selepas itu dia kembali ke kamar dan naik ke ranjang menantikan
Adi.
Yanti meringkuk di ranjang, di tangannya tergenggam HP dan jantungnya masih
berdegup kencang. Menit demi menit terasa begitu lama, terasa begitu menyiksa
ketika kemudian dia merasa pintu kamarnya ada yang membuka. Yanti bangkit dari
tidurnya, Adi dengan cepat menyelinap masuk dan menutup kembali pintu kamar. Wajahnya
sumringah berbalut senyum lebar, pun dengan Yanti.
Tak perlu menunggu lama, mereka sudah saling berpelukan, berpagut dan
berperang lidah. Seperti sepasang kekasih yang sudah bertahun-tahun tidak
bertemu. Dengan canggung dan tergesa-gesa Adi melepas jaketnya, kaos oblongnya
dan kemudian celana jeans yang dia kenakan. Tinggallah dia dengan celana dalam
yang tidak mampu menyembunyikan tonjolan di selangkangannya.
Yanti jadi susah bernafas ketika dengan penuh semangat Adi menjatuhkan
ciuman di bibirnya. Lelaki itu sangat bersemangat ternyata. Adi terus
menjelajahi wajah Yanti dengan penuh nafsu. Tangannya juga tidak tinggal diam,
merayap masuk ke daster Yanti, menyentuh payudaranya dan meremasnya dengan
penuh nafsu. Yanti benar-benar gelagapan. Oleh serangan Adi dan oleh nafsunya
sendiri.
“ Acch…sayangghh…terus sayangghh” Yanti mendesah dan menggelinjang
ketika Adi meremas payudaranya, menciumi lehernya, menjilatinya dan bahkan
mengisapnya.
Suasana makin panas, kamar itu penuh oleh desahan nafsu yang semakin membara.
Tanpa mereka sadari, mereka kini sudah telanjang bulat. Daster Yanti yang jadi
pelapis terakhir tubuhnya sudah jatuh ke sisi ranjang, dan celana dalam Adi
entah di mana. Mereka sama sekali tidak berpakaian. Kulit mereka bersentuhan,
panas dan penuh gelora.
Adi benar-benar ganas, dengan cepat dia turun ke dada Yanti. Bibirnya bermain
di kedua puting Yanti, bergantian kiri dan kanan. Diisapnya puting merah jambu
Yanti yang tegak menantang. Yanti makin tidak karuan, mendesah dan
menggelinjang.
Adi belum sempat menuju vagina Yanti ketika wanita itu dengan cepat
memutar tubuhnya. Adi telentang di bawah dan Yanti cepat mengambil posisi di
atas selangkangannya.
“ Aku udah gak sabar sayang, puasin aku ya..” Kata Yanti. Nafasnya tersengal-sengal.
Wajahnya menyiratkan nafsu yang sudah memuncak.
Dengan pelan dia membenamkan kontol Adi yang sudah tegak ke dalam
vaginanya. Pelan, diiringi suara meringis. Bukan karena sakit, tapi karena
nikmat yang teramat sangat. Ketika semua kontol Adi sudah terbenam dalam
vaginanya, Yanti mulai memompa. Awalnya lambat, lama-lama menjadi cepat dan
bervariasi.
“ Achhhh…shhh, oh yesss…” Yanti mendesis, mengerang dan mendesah. Gerakannya
makin lama makin liar.
Di bawah, Adi tidak tinggal diam. Diremasnya dua buah dada Yanti yang
menggantung bebas di depannya. Mulutnya sesekali mencubit putingnya, membuat
Yanti makin seperti orang kesurupan. Makin malam makin kencang, dan akhirnya…
“ Acchhhh…sayangggg..” Yanti menjerit tertahan. Bobol sudah
pertahanannya. Dengan satu hentakan keras dia mencapai puncak kenikmatan. Orgasme!
Suasana hening beberapa saat. Yanti rubuh di atas tubuh Adi, nafasnya
belum teratur. Adi membiarkannya beberapa saat. Ketika Yanti sudah normal
kembali dengan cepat Adi menggeser posisinya. Sekarang dia ada di belakang
Yanti, tubuh telanjang wanita itu ditekuknya hingga menungging.
Sekarang Yanti berada dalam posisi menungging. Pantatnya yang montok
tampak menantang. Adi mengatur posisi di belakangnya, berlutut dengan kontol
yang siap menghujam ke arah vagina Yanti. Yanti hanya menunggu, menunggu saat
vaginanya diisi kontol Adi yang tegang. Tidak lama karena kemudian dirasakannya
kontol yang hangat itu mulai masuk pelan-pelan ke dalam vaginanya.
“ Achhh…sayang, lebih dalam…” Yanti mendesah. Nikmat sekali. Apalagi ketika
semua kontol Adi amblas ke dalam vaginanya.
Adi mulanya hanya mendorong pelan pantatnya. Makin lama makin cepat, dia
juga mulai dirasuki rasa nikmat yang luar biasa.
“ Sayang, kalau mau ke..luar, bi..lang yaaa…” Kata Yanti terbata-bata. Tubuhnya
mengayun ke depan dan ke belakang seiring irama pompaan Adi. Payudaranya menggantung
bebas dan bergerak ke sana ke mari.
Adi makin semangat memompa, perlahan dia merasa orgasmenya sudah dekat. “
Argghhh…sayang, aku…mau..keluaaarr” Adi menggeram, menahan nafsu yang makin
mendekati puncak.
Yanti tiba-tiba bergerak cepat mengubah posisi. Dari menungging dia
memutar tubuhnya menghadap ke arah Adi. Dia berlutut, mengarahkan mulutnya
tepat di depan kontol Adi. Adi tidak menyangka apa yang dilakukan Yanti. Tapi dia
diam saja.
Dengan agak kasar Yanti mengocok kontol Adi, mulutnya menghisap kepala
kontol yang sudah penuh dengan cairan vaginanya itu. Adi menggelinjang,
nafsunya yang tadi sempat drop sebentar sekarang mulai merangkak naik. Isapan Yanti
yang penuh semangat membuat sensasi baru baginya.
Hanya dalam hitungan detik, Adi mencapai puncak. Dengan sedikit hentakan
dia menggeram. Tubuhnya mengejang. Kontolnya menyemburkan cairan sperma yang
hangat, tepat di dalam mulut Yanti. Dengan ganas Yanti menelan semua sperma Adi
yang muncrat. Dengan ganas juga dia menjilati kepala kontol Adi hingga bersih. Adi
bergidik, rasa ngilu dan geli menyeruak dari kontolnya.
“ Gila! Luar biasa! “ Adi berseru ketika Yanti selesai membersihkan
kontolnya. Yanti tersenyum nakal. Tangannya masih memainkan kontol Adi yang
perlahan mengecil.
“ Kamu suka sayang? “
“ Nggak suka. Suka bangettt ..!! “ Jawab Adi sambil tertawa. Dia segera
menyergap Yanti dan menggelitiki tubuhnya. Mereka berdua jatuh ke ranjang sambil
tertawa. Seperti pasangan muda.
Mereka berpelukan, saling berhadapan. Yanti tidur di dada Adi yang
bidang. Mereka terus begitu hingga beberapa puluh menit kemudian. Adi bercerita
kalau tadi teman-temannya memperbincangkan Yanti. Tentang putingnya yang
terlihat jelas dari balik daster. Yanti hanya tertawa. Dalam hati dia senang
karena strateginya berjalan sesuai rencana.
Tak lama nafsu Adi bangkit lagi. Perlahan kontolnya makin mengeras.
Yanti tahu itu, dia tersenyum penuh arti memandang Adi.
Dan, malam itu mereka habiskan sekali lagi dengan bercinta.
[BB]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar