Senin, 01 Oktober 2012

Kisah Ibu Kost [2]


Yanti menggeliat, matanya mengejap mencoba membiasakan diri dengan cahaya kamar yang temaram. Dia meraih HP di meja samping tempat tidur. Jam 17:30, berarti dia sudah tertidur sekitar 3 jam.

Yanti baru sadar kalau dia tidur tanpa sehelai pakaianpun. Dia meraba bagian bawah tubuhnya, vaginanya kering. Dengan cepat adegan-adegan percintaan beberapa jam lalu bersama Adi kembali melesat dalam ingatannya. Selepas bercinta mereka masih sempat berpelukan sebelum Adi keluar kamar, takut teman-teman kostnya datang.


Yanti tersenyum membayangkan kenikmatan yang baru saja dia reguk bersama anak kostnya itu. Sungguh luar biasa. Kenikmatan yang sudah lama tidak pernah dia reguk akhirnya bisa kembali dia rasakan. Yanti jadi berpikir, ke mana saja dirinya selama ini? Kenapa dia tidak pernah memanfaatkan anak-anak kostnya untuk urusan itu?

Yanti mencoba mengingat-ingat wajah anak-anak muda yang kost di tempatnya. Selain Adi ada Firman, Anto, Bobby dan Jaya. Yanti tidak pernah memperhatikan dengan serius tampang-tampang mereka, tadi saja dia baru sadar kalau Adi ternyata atletis dan tampan. Yanti mencoba mengingat lagi. Setahunya Firman biasa saja, agak gemuk dan pendek. Yanto juga tidak istimewa, bahkan cenderung agak kampungan. Bobby berkulit legam dengan rambut keriting, khas orang dari Timur Indonesia. Jaya? Ah Yanti agak lupa sama anak itu. Selain paling baru, belum genap sebulan Jaya juga sepertinya kuper dan jarang keluar kamar.

Yanti membayangkan wajah mereka satu persatu sambil memegangi dadanya. Tangan satunya mengusap-usap vaginanya. Pikirannya kemudian kembali ke sosok Adi yang baru saja memuaskannya siang tadi. Nafsunya pelan-pelan membuncah. Yanti memejamkan mata, mencoba mengingat betapa panasnya percintaaan mereka tadi. Tak sadar tangannya memilin putingnya sendiri dan jari-jarinya mulai masuk ke liang vaginanya.

“ accckhhh…ssshhh..ahhhh” Yanti mendesis, dia merasakan kenikmatan ketika putingnya makin mengeras dan dia bisa menemukan g-spot dalam vaginanya.
Yanti terus menggelinjang dan mendesah keenakan. Menit berlalu, nafasnya makin memburu, jantungnya berdegup kencang dan akhirnya dia menggelinjang dengan suara tertahan.

“ acckhhhh!!” Yanti mengejang. Vaginanya becek oleh cairannya sendiri. Dia baru saja mencapai puncak orgasme dengan bantuan jarinya sendiri. Yanti berhenti sejenak menikmati deburan orgasme yang makin lama makin pelan. Nafasnya mulai teratur, nafsunya mulai kembali seperti sediakala.

Yanti masih bermalas-malasan di ranjangnya untuk beberapa lama. Ketika di luar dilihatnya malam sudah mulai turun baru dia beringsut ke kamar mandi. Membasuh tubuh sekaligus membersihkan bekas-bekas sperma Adi yang benar-benar mengering.

Selesai mandi dia berpakaian. Selembar daster membugkus tubuhnya. Sengaja dia tidak menggunakan BH hingga selintas putingnya tercetak di daster yang dia kenakan. Yanti benar-benar sudah berubah. Dia jadi kuda binal yang lepas dari kandang, dia dipenuhi beragam pikiran untuk menghisap sari kejantanan anak-anak muda yang kost di tempatnya. Tapi Yanti tetap punya strategi. Dia tidak mau terlihat murahan. Dia akan menggoda dengan caranya sendiri, dengan cara yang elegan.

Yanti berjalan ke luar kamar, melewati ruang makan, dapur dan terus ke paviliun belakang tempat kamar-kamar kost berderet. Di bagian belakang ada halaman yg cukup luas. Anak-anak kost biasanya berkumpul di sana ketika malam tiba. Malam itu mereka juga ada di sana, bercengkerama di halaman. Yanti menghitung dengan cepat, hanya ada 4 orang. Sepertinya Jaya tidak kelihatan.

“ Hai anak-anak, lagi ngapain?” Sapanya ketika sudah mendekat. Anak-anak kost sudah tahu Yanti mendekat, mereka menghentikan gurauan mereka menanti sang ibu kost mendekat.

“ Baik bu..” dengan sopan Firman menjawab. Yang lain hanya tersenyum, dan tentu saja Adi yang punya senyum dengan arti yang berbeda. Yanti membalas senyum Adi dengan senyum penuh arti juga.

“ Lho, koq cuma 4? Jaya mana?” Tanya Yanti

“ Biasa bu, kutu buku itu ngendon di kamar.” Anto yang menjawab. Yang lain tertawa renyah. Yanti juga ikut tertawa.

Yanti kemudian mengambil tempat duduk di samping Anto. Di atas balai-balai bambu yang memang sengaja ditaruh di sana tepat di bawah pohon mangga. Selanjutnya dia terlibat perbincangan dengan anak-anak itu. Mulanya suasana agak kikuk, maklum selama ini Yanti lebih sering menjaga jarak dengan mereka. Tapi Yanti memang pandai mencairkan suasana, dengan cepat dia bisa terlibat perbincangan yang santai dengan anak-anak kostnya.

Sepanjang perbincangan Yanti sesekali mencuri pandang ke arah Adi. Dia bisa membaca arti yang berbeda dari pandangan dan senyum anak muda itu. Yanti bahkan sadar Adi seakan menelanjanginya dengan tatapannya. Bukan cuma Adi sebenarnya. Yanti juga mendapati Firman dan Bobby yang sesekali mencuri pandang ke dadanya yang tidak tertutupi BH. Yanti hanya tidak bisa melihat reaksi Anto yang duduk tepat di sampingnya. Tapi dia menduga Anto juga mungkin mencuri pandang. Pelan-pelan Yanti merasakan darahnya berdesir.

Yanti menikmati pandangan liar anak-anak muda itu. Perlahan Yanti membayangkan dirinya berada di kerumunan anak-anak muda itu yang sedang bertelanjang bulat siap menghujamkan kontol mereka ke vagina Yanti. Yanti bahkan berusaha menebak-nebak ukuran kontol anak-anak muda yang ada di depannya. Kecuali Adi tentu saja. Yanti kadang kehilangan fokus, tubuhnya ada di situ tapi pikirannya ke mana-mana.

Sayangnya pembicaraan itu tidak berlangsung lama. Firman harus menerima telepon entah dari siapa. Anto juga tiba-tiba berdiri pamit untuk ke kamarnya. Entah kenapa Bobby juga pamit. Tinggallah Yanti dan Adi berhadap-hadapan. Yanti cepat membaca situasi, tak elok rasanya dia berlama-lama di sana hanya berdua saja.

Dengan pelan dia membisikkan sesuatu ke Adi, “ nanti kamu ke kamarku ya. Telpon dulu kalau mau masuk”

Adi mengangguk dengan wajah sumringah. Yantipun pamit, kembali ke rumah utama.
Yanti langsung ke kamar. Biasanya dia masih betah di depan TV sampai malam makin larut, tapi kali ini dia sudah tidak sabar. Di kamar dia melepas celana dalamnya dan membiarkan tubunya hanya dibalut daster tanpa dalaman. Dia naik ke ranjang, seperti seorang pengantin yang menantikan pengantin prianya datang. Dadanya berdebar, tak sabar rasanya menunggu apa yang bakal terjadi.

Tit! Tit! HPnya berbunyi. Yanti meraih HP di sampingnya. Ada pesan dari Adi

“ Duh sayang, anak-anak masih ramai nih. Gimana dong?”

Yanti berpikir keras. Namanya anak muda, tentu saja tidurnya kadang lama. Yanti kadang masih mendengar suara mereka bercakap-cakap meski sudah jam 2 lewat. Tiba-tiba sebuah ide datang di kepala Yanti. Dengan cepat dia membalas pesan Adi.

“ Pura-pura aja keluar, terus masuk lewat pintu depan. Pintunya gak aku kunci”

Send! Yanti menunggu balasannya dengan berdebar.

“ oke!” cuma itu balasan Adi tapi mampu membuat Yanti tersenyum.

Dengan cepat dia turun dari ranjang, keluar dari kamar dan membuka kunci pintu depan. Selepas itu dia kembali ke kamar dan naik ke ranjang menantikan Adi.

Yanti meringkuk di ranjang, di tangannya tergenggam HP dan jantungnya masih berdegup kencang. Menit demi menit terasa begitu lama, terasa begitu menyiksa ketika kemudian dia merasa pintu kamarnya ada yang membuka. Yanti bangkit dari tidurnya, Adi dengan cepat menyelinap masuk dan menutup kembali pintu kamar. Wajahnya sumringah berbalut senyum lebar, pun dengan Yanti.

Tak perlu menunggu lama, mereka sudah saling berpelukan, berpagut dan berperang lidah. Seperti sepasang kekasih yang sudah bertahun-tahun tidak bertemu. Dengan canggung dan tergesa-gesa Adi melepas jaketnya, kaos oblongnya dan kemudian celana jeans yang dia kenakan. Tinggallah dia dengan celana dalam yang tidak mampu menyembunyikan tonjolan di selangkangannya.

Yanti jadi susah bernafas ketika dengan penuh semangat Adi menjatuhkan ciuman di bibirnya. Lelaki itu sangat bersemangat ternyata. Adi terus menjelajahi wajah Yanti dengan penuh nafsu. Tangannya juga tidak tinggal diam, merayap masuk ke daster Yanti, menyentuh payudaranya dan meremasnya dengan penuh nafsu. Yanti benar-benar gelagapan. Oleh serangan Adi dan oleh nafsunya sendiri.

“ Acch…sayangghh…terus sayangghh” Yanti mendesah dan menggelinjang ketika Adi meremas payudaranya, menciumi lehernya, menjilatinya dan bahkan mengisapnya.
Suasana makin panas, kamar itu penuh oleh desahan nafsu yang semakin membara. Tanpa mereka sadari, mereka kini sudah telanjang bulat. Daster Yanti yang jadi pelapis terakhir tubuhnya sudah jatuh ke sisi ranjang, dan celana dalam Adi entah di mana. Mereka sama sekali tidak berpakaian. Kulit mereka bersentuhan, panas dan penuh gelora.

Adi benar-benar ganas, dengan cepat dia turun ke dada Yanti. Bibirnya bermain di kedua puting Yanti, bergantian kiri dan kanan. Diisapnya puting merah jambu Yanti yang tegak menantang. Yanti makin tidak karuan, mendesah dan menggelinjang.

Adi belum sempat menuju vagina Yanti ketika wanita itu dengan cepat memutar tubuhnya. Adi telentang di bawah dan Yanti cepat mengambil posisi di atas selangkangannya.
“ Aku udah gak sabar sayang, puasin aku ya..” Kata Yanti. Nafasnya tersengal-sengal. Wajahnya menyiratkan nafsu yang sudah memuncak.

Dengan pelan dia membenamkan kontol Adi yang sudah tegak ke dalam vaginanya. Pelan, diiringi suara meringis. Bukan karena sakit, tapi karena nikmat yang teramat sangat. Ketika semua kontol Adi sudah terbenam dalam vaginanya, Yanti mulai memompa. Awalnya lambat, lama-lama menjadi cepat dan bervariasi.

“ Achhhh…shhh, oh yesss…” Yanti mendesis, mengerang dan mendesah. Gerakannya makin lama makin liar.

Di bawah, Adi tidak tinggal diam. Diremasnya dua buah dada Yanti yang menggantung bebas di depannya. Mulutnya sesekali mencubit putingnya, membuat Yanti makin seperti orang kesurupan. Makin malam makin kencang, dan akhirnya…

“ Acchhhh…sayangggg..” Yanti menjerit tertahan. Bobol sudah pertahanannya. Dengan satu hentakan keras dia mencapai puncak kenikmatan. Orgasme!

Suasana hening beberapa saat. Yanti rubuh di atas tubuh Adi, nafasnya belum teratur. Adi membiarkannya beberapa saat. Ketika Yanti sudah normal kembali dengan cepat Adi menggeser posisinya. Sekarang dia ada di belakang Yanti, tubuh telanjang wanita itu ditekuknya hingga menungging.

Sekarang Yanti berada dalam posisi menungging. Pantatnya yang montok tampak menantang. Adi mengatur posisi di belakangnya, berlutut dengan kontol yang siap menghujam ke arah vagina Yanti. Yanti hanya menunggu, menunggu saat vaginanya diisi kontol Adi yang tegang. Tidak lama karena kemudian dirasakannya kontol yang hangat itu mulai masuk pelan-pelan ke dalam vaginanya.

“ Achhh…sayang, lebih dalam…” Yanti mendesah. Nikmat sekali. Apalagi ketika semua kontol Adi amblas ke dalam vaginanya.

Adi mulanya hanya mendorong pelan pantatnya. Makin lama makin cepat, dia juga mulai dirasuki rasa nikmat yang luar biasa.

“ Sayang, kalau mau ke..luar, bi..lang yaaa…” Kata Yanti terbata-bata. Tubuhnya mengayun ke depan dan ke belakang seiring irama pompaan Adi. Payudaranya menggantung bebas dan bergerak ke sana ke mari.

Adi makin semangat memompa, perlahan dia merasa orgasmenya sudah dekat. “ Argghhh…sayang, aku…mau..keluaaarr” Adi menggeram, menahan nafsu yang makin mendekati puncak.
Yanti tiba-tiba bergerak cepat mengubah posisi. Dari menungging dia memutar tubuhnya menghadap ke arah Adi. Dia berlutut, mengarahkan mulutnya tepat di depan kontol Adi. Adi tidak menyangka apa yang dilakukan Yanti. Tapi dia diam saja.

Dengan agak kasar Yanti mengocok kontol Adi, mulutnya menghisap kepala kontol yang sudah penuh dengan cairan vaginanya itu. Adi menggelinjang, nafsunya yang tadi sempat drop sebentar sekarang mulai merangkak naik. Isapan Yanti yang penuh semangat membuat sensasi baru baginya.

Hanya dalam hitungan detik, Adi mencapai puncak. Dengan sedikit hentakan dia menggeram. Tubuhnya mengejang. Kontolnya menyemburkan cairan sperma yang hangat, tepat di dalam mulut Yanti. Dengan ganas Yanti menelan semua sperma Adi yang muncrat. Dengan ganas juga dia menjilati kepala kontol Adi hingga bersih. Adi bergidik, rasa ngilu dan geli menyeruak dari kontolnya.

“ Gila! Luar biasa! “ Adi berseru ketika Yanti selesai membersihkan kontolnya. Yanti tersenyum nakal. Tangannya masih memainkan kontol Adi yang perlahan mengecil.

“ Kamu suka sayang? “

“ Nggak suka. Suka bangettt ..!! “ Jawab Adi sambil tertawa. Dia segera menyergap Yanti dan menggelitiki tubuhnya. Mereka berdua jatuh ke ranjang sambil tertawa. Seperti pasangan muda.

Mereka berpelukan, saling berhadapan. Yanti tidur di dada Adi yang bidang. Mereka terus begitu hingga beberapa puluh menit kemudian. Adi bercerita kalau tadi teman-temannya memperbincangkan Yanti. Tentang putingnya yang terlihat jelas dari balik daster. Yanti hanya tertawa. Dalam hati dia senang karena strateginya berjalan sesuai rencana.

Tak lama nafsu Adi bangkit lagi. Perlahan kontolnya makin mengeras. Yanti tahu itu, dia tersenyum penuh arti memandang Adi.

Dan, malam itu mereka habiskan sekali lagi dengan bercinta.

[BB]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar